Berwirausaha
memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun harus siap menjalani
berbagai tantangan. Tidak sedikit orang yang berhenti menjadi wirausahawan dan
lebih suka melamar pada sebuah perusahaan untuk bekerja menjadi karyawan dengan
gaji yang aman dan rutin setiap bulan, karena mental yang lemah dalam
menghadapi tantangan ini.
Berbagai
tantangan harus siap kita hadapi. Misalnya, penghasilan yang tidak tetap dan
kecil, sementara kebutuhan hidup tanpa ampun menyerang dari segenap penjuru.
Kitapun dihantui rasa tidak aman dalam berwirausaha. Juga godaan untuk tidak
berkomitmen dalam berwirausaha. Itu semua hanyalah godaan. Di sisi lain,
masyarakat Indonesia kurang mampu dalam berinovasi dan berkreativitas menjadi
salah satu penyebab banyaknya usaha yang bangkrut, padahal modal sudah
tersedia.
Berwirausaha
memang tak cukup hanya bermodalkan rasa ingin belaka. Berwirausaha harus
merupakan pilihan, lalu menetapkan langkah pasti dan teguh dalam menjalaninya.
Idealnya, komitmen dan konsistensi itu harus terus dijaga apapun ujiannya,
apapun godaannya, dan apapun hasilnya. Apalagi tingkat persaingan usaha dan
perilaku pasar semakin dinamis. Wirausahawan harus memiliki keyakinan,
cita-cita untuk menjadi besar diawali dengan langkah-langkah kecil.
Berwirausaha
dalam Pandangan Islam
Dalam
Islam, berwirausaha merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia, karena keberadaannya sebagai khalifah fil-ardh untuk
memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Dalam surat Al-Jumu’ah
[62] : 10 “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan banyak-banyak mengingat Allah supaya
kamu beruntung”.
Rasulullah
dikenal sebagai pribadi yang terus mendorong semangat wirausaha di kalangan
para sahabat-sahabatnya. Pada suatu ketika, Sa’ad bin Musa Al-Anshari
menuturkan sebuah kisah, bahwa pada waktu Rasulullah shallallahu ’alaihi
wasallam baru kembali dari Perang Tabuk, beliau melihat tangan Sa’ad yang
melepuh. Kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari.
“Kenapa tanganmu?” tanya Rasulullah. “Karena aku mengolah tanah dengan cangkul
ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku” Rasulullah
lalu mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang
tidak pernah disentuh api neraka, Dalam riwayat yang lain, setelah mencium tangan
pekerja, beliau bersabda, “Hadzihi yaddun yuhibuhallahu wa Rasuuluhu” inilah
tangan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. “ (HR At-Thabahari)
Rasulullah
pernah menjalani hidup dalam masa-masa sulit, tapi beliau punya semangat untuk
berkembang, kreatifitasnya, usahanya untuk hidup mandiri yang merupakan
karakter dasar jiwa wirausaha.
Kejujuran
beliau, pribadi beliau yang menyenangkan, juga ketekunan beliau. Semua itu
merupakan modal yang harus dimiliki oleh wirausahawan. Apa yang dimiliki
Rasulullah ini, dalam dunia bisnis, biasa disebut sebagai personality.
Dua
puluh lima tahun lamanya Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam mendedikasikan
diri pada dunia wirausaha, semenjak beliau baru berusia 12 tahun hingga 37
tahun. Selama itu, kecerdasan, ketekunan, keuletan dan kejujuran telah
menempatkan Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam sebagai
wirausahawan yang disegani di Jazirah Arab.
Menumbuhkan
wirausaha
Dalam
berbagai pelatihan dan seminar, Ir. Ciputra selalu mengajukan tujuh macam
pertanyaan mendasar untuk membangun dan memicu jiwa kewirausahaan.
1. Apakah
Anda berhasrat besar menjadi seorang entrepreneur? Anda dapat memberikan
pernyataan-pernyataan utuk dapat meyakinkan orang lain bahwa Anda benar-benar
memiliki hasrat besar untuk menjadi wirausahawan.
2. Apakah
Anda melihat kesempatan besar untuk melayani pasar? Apakah kita melihat sebuah
peluang besar yang belum dilakukan orang lain?
3. Apakah
Anda punya produk inovatif yang sulit ditolak oleh prospek Anda? Apa “kuda
Troya” Anda?
4. Apakah
Anda mampu memenangkan persaingan secara efektif? Jadilah yang lebih baik bukan
hanya di barisan belakang. Jika Anda tidak dapat menjadi lebih baik, ciptakan
perbedaan.
5. Apakah
Anda bisa menghasilkan produk dan memasarkannya dengan cara yang paling
efisien? Sebagian kecil orang membeli karena mahal. Sebagian besar orang
membeli karena murah.
6. Apakah
Anda tahu cara mendanai ide usaha baru Anda dengan biaya termurah, resiko
terendah dan hasil yang terbaik? Misalnya dengan: modal sendiri, mitra, bank,
modal ventura, atau mencicil?
7. Apakah
Anda siap menghadapi tuntutan kerja keras, berani menanggung resiko gagal dan
rugi? Perlu juga disiapkan mentalitas, bahwa sukses dan gagal memiliki nilai
yang sama.
Ketujuh pertanyaan di
atas meruapakan pelajaran untuk mengembangkan jiwa dan semangat
entrepreneurship yang secara terus menerus harus kita kembangkan.
Budaya
Wirausaha
membutuhkan suatu skill untuk menjalankan usahanya. Skill tersebut
bisa berupa cakap menjual dan integritas yang tinggi. Selain itu harus juga
mempunyai sikap ulet, gigih, pandai, disiplin, pantang menyerah, dan mempunyai
pikiran yang terbuka.
Sepengetahuan
penulis, sikap seseorang bisa terbentuk karena pengaruh budaya di mana dia
hidup dan berkembang. Jadi sikap seseorang dan skill seseorang bisa terpengaruh
dari kebudayaan dimana orang tersebut tinggal.
Upaya Pemerintah
Joseph
Schumpeter dalam bukunya, The Theory of Economic Development mengatakan,
sebuah kebutuhan dasar bagi bangkitnya pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu
sumbangsih para entrepreneur. Jadi, keberadaan para entrepreneur pada suatu
negara akan mampu menumbuhkan perekonomian negara tersebut.
Indonesia
membutuhkan sekitar 2,5% wirausaha, namun pada kenyataannya saat ini hanya ada
sekitar 0,08% wirausaha yang memberanikan diri untuk terjun dalam dunia usaha.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk menumbuhkan para
wirausahawan ini. Pertama, memberikan modal usaha bagi para pengusaha (terutama
para pengusaha muda) dan pendampingannya. Kedua mempermudah izin bagi
yang akan mendirikan usaha. Ketiga, dimasukannya kurikulum berbasis soft
skills dan entrepreneurship dalam pelajaran sekolah untuk segala jenjang
pendidikan.