Minggu, 29 Juni 2014

ARTIKEL TOKSIKOLOGI LOGAM BERAT: PENCEMARAN MERKURI DI SUNGAI CIBANGBAN

Disusun Oleh:
1.      Anandya Deasyandra / 37411761
2.      Dika Mandala Putra   / 32411076
3.      Rizky Ananda Putra  / 36411365

Kelas: 3ID04
          Merkuri atau yang biasa masyarakat sebut dengan air raksa merupakan salah satu jenis logam yang berbahaya untuk manusia dan lingkungan sekitar. Namun sayangnya, tanpa disadari penyalahgunaan zat berbahaya ini masih lumrah dilakukan di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang melakukan penyalahgunaan merkuri ini belum memikirkan dampak merkuri yang sebenarnya sangat membahayakan makhluk hidup. Salah satunya adalah penggunaan merkuri dalam melakukan kegiatan penambangan emas dengan cara tradisional.
            Masyarakat yang melakukan kegiatan penambangan emas tradisional ini menggunakan merkuri untuk menangkap dan memisahkan butir-butir emas dari butir-butir batuan. Lalu endapan merkuri disaring dengan menggunakan kain untuk mendapatkan sisa emas. Cara penambangan emas ini terlihat sederhana namun sayangnya para penambang emas tidak memperhatikan limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukannya hampir setiap hari. Karena penambang emas tidak mempedulikan air sisa penambangan yang sudah dipastikan mengandung merkuri dan membiarkannya mengalir ke sungai dan para petani di sekitar memanfaatkan air sungai ini sebagai irigasi untuk lahan pertaniannya. Bayangkan saja penyebaran merkuri ini kepada hasil pertanian yang dimakan oleh orang banyak.
            Aliran sungai juga pastinya akan berakhir di laut dan hal ini merupakan hal yang paling mengkhawatirkan karena merkuri pasti akan mencemari biota laut seperti karang, ikan, dan semua makhluk hidup yang hidup di laut. Ikan yang berada di sepanjang aliran sungai dan laut juga pada akhirnya akan dikonsumsi oleh manusia dan kandungan merkuri pada tubuh ikan akan ikut termakan oleh manusia.
            Salah satu contoh kasus pencemaran merkuri yang disebabkan oleh penambangan emas ini adalah pencemaran di daerah Sukabumi, Jawa Barat tepatnya di sepanjang Sungai Cibangban, Pelabuhan Ratu yang bermuara ke pantai. Kasus ini sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu namun dampaknya, tanpa disadari, akan berlanjut hingga masa depan.
            Pada hari Rabu tanggal 5 Juli tahun 2006 silam, Wakil Bupati Sukabumi, Marwa Hamami telah mengakui adanya pencemaran merkuri yang disebabkan karena kegiatan penambangan emas. “Kami menerima informasi dari petugas puskesmas di lapangan bahwa benar pencemaran mercuri akibat penggunaan air raksa yang dilakukan warga setempat untuk menambang emas di pesisir pantai itu,” ujar Marwan, di Pendopo Sukabumi.
            Pencemaran merkuri di Sukabumi tersebut menyebabkan sejumlah warga yang bekerja sebagai penambang emas mulai mengalami gangguan kulit. Bukan hanya penambang emas saja, namun warga yang tinggal di sekitar Sungai Cibangban juga mengalami keluhan yang sama. Ada warga yang sampai menderita kulit melepuh dan warna kulit menjadi berbintik-bintik.
            Berdasarkan laporan dari Tribun, penambangan emas di pantai dan kawasan Sungai Cibangban telah dilakukan oleh warga selama tiga bulan, setelah warga menemukan bahwa pasir di Pantai Cibangban terdapat serbuk emas. Penambangan dilakukan tiap air surut.
          Menurut seorang dosen FMIPA UI, Dr. Rer Nat Budiawan dari Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan Universitas Indonesia menanggapi kasus di Sukabumi tersebut, merkuri dapat memasuki tubuh manusia dengan 3 cara, yaitu melalui kulit, pernapasan, dan lewat makanan. Bila merkuri masuk ke tubuh manusia melalui kulit maka akan menyebabkan reaksi alergi berupa iritasi kulit. Iritasi inilah yang dialami oleh para warga di sekitar Sungai Cibangban. Reaksi iritasi ini merupakan reaksi jangka pendek, yang dapat dirasakan tidak dalam jangka waktu yang lama. Merkuri yang masuk ke tubuh manusia melalui pernapasan lebih berbahaya lagi, karena dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan dan paru-paru. Yang lebih berbahayanya lagi, saraf juga bisa ikut rusak, hal ini yang dikatakan oleh Budiawan.
            Dalam jangka waktu yang panjang, sekitar bulanan atau tahunan, kadar merkuri yang besar yang sudah menumpuk dapat mengganggu fungsi ginjal atau sering disebut nefrotostik.
            Selain pada manusia dan hewan, dampak merkuri juga dapat berpengaruh pada tumbuhan karena merkuri dapat mengurangi jumlah klorofil tanaman hijau, dan sebagaimana telah kita ketahui tanaman dapat menghasilkan oksigen untuk pernapasan manusia. Selain pada klorofil, merkuri juga dapat mengurangi pertumbuhan tanaman, merusak pertumbuhan akar dan daun, bahkan mematikan tanaman. 
          Setelah mengetahui bahaya dari penggunaan merkuri, dapat dibayangkan bahwa dampak yang dihasilkan sangatlah kompleks. Oleh karena itu, untuk masyarakat yang melakukan penambangan dengan menggunakan merkuri agar lebih memahami dampak berbahaya tersebut. Walaupun penggunaan merkuri dilakukan karena kurangnya pengetahuan dan alat dari para penambang, penambang yang ada di Indonesia sebaiknya merubah cara penambangan sehingga tidak perlu menggunakan merkuri.


Sumber:
http://www.mineraltambang.com/dampak-pencemaran-merkuri.html

http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=67